Aku Menjadi Piala Bergilir Kedua Teman Kampus Ku
“Len, nanti malam kita belajar di rumah gue ya. Bilangin Lita sama Lusi”, kata Brian menghampiri saya ketika saya sedang duduk membaca-baca buku kuliah di kampus.
“Oke.” Sahutku cuek.
Saya tahu, Brian sudah lama naksir pada saya. Saya tahu dari Wilbert. Sebab Brian pernah menceritakan padanya, bahwa dirinya tidak bisa tidur memikirkan diri saya. Pokoknya, Brian jatuh cinta berat kepada saya. Namun saya belum menanggapinya, sebab saya belum berpikiran untuk memiliki seorang pacar. Saya masih lebih inLen memusatkan perhatian saya pada kuliah, agar memperoleh IP yang bagus, sehingga mudah mencari pekerjaan setelah lulus nanti. Selama ini saya hanya menganggap Brian sekadar teman baik saja. Tidak lebih.
Malam harinya kami berlima belajar di rumah Brian. Kebetulan kedua orang tuanya sedang pergi kondangan. Lita tidak bisa datang karena ia harus menemani ibunya menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
“Yan, Gue pulang ya. Sudah malam nih. Besok malam saja ya kita lanjutkan belajarnya”, kata Lusi kepada Brian ketika jam sudah menunjukkan pukul dua puluh satu.
“Gue temanin deh, Sus!” timpal Milo yang saya tahu sejak lama telah naksir Lusi.
“Wah, itu sih memang taktik kamu, Lo!” kata saya sambil tertawa. Lusi pun segera pulang didampingi oleh Milo. Tinggal saya bertiga bersama Wilbert dan Brian. filmbokepjepang.com
“Bagaimana sekarang, Yan? Kita nerusin belajar atau bubar saja?” tanya saya pada Brian.
“Yah, lebih baik bubaran saja deh. Besok saja kita lanjutkan lagi!”
“Tapi sebelum kamu pulang, habiskan dulu tuh minuman kamu. Sayang-sayang. Mubazir kan!” tambah Wilbert sambil tersenyum ke arah Brian.
Saya habiskan sari jeruk yang tadi dihidangkan Brian untuk menemani saat belajar kami berlima.
“Gue pulang dulu ya, Yan, Bert”, saya berpamitan pada kedua teman saya itu.
Baru saja saya akan membuka pintu, tiba-tiba kepala saya terasa pusing dan mata saya berkunang-kunang. Tak lama kemudian, saya rasakan suatu keanehan menjalari tubuh saya. Payudara saya mengeras dan puting susu saya menegang. Kewanitaan saya pun terasa berdenyut-denyut. Ternyata Brian telah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman saya tanpa saya mengetahuinya. Brian dan Wilbert menghampiri saya sembari tersenyum. Mereka memapah saya masuk ke kamar tidur Brian. Seperti tak sadar, saya menurut saja. Bahkan ketika saya ditelentangkan di atas tempat tidur.
Brian membuka kaus oblong yang saya kenakan, sedangkan Wilbert menurunkan celana panjang saya. Mereka berdua menelan air liur melihat kemolekan tubuh saya yang hanya dibalut pakaian dalam saja. Terpampang payudara saya dengan belahannya yang menggiurkan menyembul di balik bra yang saya kenakan serta lekuk-lekuk pinggul dan pantat saya yang membuat nafsu birahi mereka naik. filmbokepjepang.com
Tanpa membuang waktu lebih lama, mereka berdua menarik lepas bra dan celana dalam saya, dan keindahan tubuh saya itu dapat terlihat bebas tanpa halangan. Tangan Brian meremas-remas kedua payudara saya yang kenyal itu, sementara batang kemaluannya semakin menegang. Sementara Wilbert menciumi daerah kewanitaan saya. Saya merintih kecil tatkala lidahnya mulai memasuki liang vagina saya. Sementara itu, Brian mulai menghisap-hisap puting susu saya yang semakin menegang itu, membuat saya semakin menggerinjal-gerinjal. Namun saya yang berada di antara keadaan sadar dan tidak sadar tidak mampu berbuat apa-apa.
“Aw!” jerit saya saat gigi Brian menggigit puting susu payudara saya sebelah kanan, sementara Wilbert terus menjilati kemaluan saya yang ditumbuhi rambut-rambut tipis nan segar.
Brian dengan kedua tangannya memuntir-muntir ujung puting susu kedua belah payudara saya sementara mulutnya turun ke bawah ke arah selangkangan saya. Akhirnya seperti berebutan, lidahnya bergabung dengan lidah Wilbert menjilati liang kewanitaan saya.
“Gila, Yan. Asyik juga ya si Lenny. Nggak gue sangka lho tubuhnya sebagus ini!” kata Wilbert sambil terus melanjutkan jilatannya ke belahan pantat saya dan akhirnya disusupkannya lidahnya ke dalam lubang anus saya.
“Bagaimana, Bert. Kita tancap saja si Lenny sekarang?”
“Okelah, mumpung dia belum sadar.” Dan kedua cowok itu membuka celana panjang mereka.
Tampaklah kedua batang kemaluan mereka yang menegang laksana siap berperang. Brian sebagai tuan rumah mengambil inisiatif pertama. Dengan hati-hati dimasukkannya batang kemaluannya ke dalam liang vaLena saya yang cukup sempit itu. Dengan sekali gerakan batang kemaluannya tersebut dihunjamkan semakin dalam, membuat saya menjerit kecil kesakitan. Akan tetapi seiring dengan naik-turunnya tubuh Brian di atas tubuh saya, saya merasakan kenikmatan yang tiada tara untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Secara tak sadar, saya menggerinjal-gerinjal kencang.
Wilbert yang nampaknya sudah tidak dapat menahan nafsu birahinya yang semakin merajalela itu tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dihunjamkannya batang kemaluannya yang tak kalah tegangnya itu ke dalam lubang anus saya, saya menjerit kesakitan. Namun Wilbert yang sepertinya sudah kesetanan tidak mempedulikan saya. Dengan gerakan naik-turun, ia menyetubuhi saya lewat lubang anus saya. Saya terus menggerinjal-gerinjal tak terkendali. Rasa kenikmatan dan kesakitan terus bercampur baur saya rasakan.
Beberapa menit telah berlalu, belum ada yang sampai pada klimaksnya. Sementara kami bertiga sudah mulai lemas, terutama saya. Kedua cowok itu pun telah bertukar peranan. Wilbert telah memperoleh liang vagina saya, sedangkan Brian liang anus saya. Mereka berdua terus menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam tubuh saya tanpa kenal ampun.
“Bert! Wilbert! Gila! Ternyata si Lenny masih perawan!” teriak Brian setelah melihat liang vagina saya mengeluarkan darah tanda selaput dara saya robek.
“Ergh.. nikmat di kamu dong, Yan. Kan kamu yang memperawanin dia duluan!” kata Wilbert yang juga telah bangun, sementara saya masih terkulai lemas.
“Tapi, bagaimana kalau dia sadar terus lapor pada polisi bahwa kita yang memperkosanya.”
“Bilang saja bahwa kita mau sama mau. Buktinya coba saja lihat tadi. Kan si Lenny kelihatannya ikut menikmatin juga. Nggak memberontak-berontak kan.”